Rabu, 29 Agustus 2012

PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TANAMAN OBAT RIMPANG


PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN
AGRIBISNIS TANAMAN OBAT RIMPANG  
( I )

Oleh :
Agus Sukmadjaja
Widyaiaswara Madya

Pengembangan tanaman rimpang sebagai tanaman obat tradisional  di Indonesia masih mempunyai prospek yang sangat cerah untuk masa depan, jika dilihat dari permintaan  pasar baik pasar  domestik maupun pasar ekspor, total pasar domestik obat herbal senilai 4 Triliun dan pasar ekspor US $ 30 – 40 juta pada tahun 2005 (Kimia Farma, 2005). Oleh karenanya perlu ditangani lebih terarah untuk dapat menghasilkan produksi dan mutu hasil yang tinggi serta berkesinambungan.  Untuk maksud tersebut usaha taninyapun haruslah menggunakan teknologi maju dan dikelola secara profesional, efektif sejalan dengan kaidah Budidaya yang baik dan benar/Good Agriculture Practicies (GAP), agribisnis dan agroindustri.
Kunci utama untuk penumbuhan usaha agribisnis adalah penguasaan target pasar yang jelas, kemampuan bersaing dari produk sejenis, mutu, harga, pelayanan dan kontinyuitas suplai. Agribisnis dengan skala menengah hingga besar memerlukan tambahan persyaratan kualitas produk yang memenuhi skala ekonomi dan penyediaan produk secara kontinyu.
Berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi dalam rangka pengembangan agribisnis tanaman obat rimpang ke depan diantaranya adalah ketersediaan lahan  usaha, sumberdaya manusia, kelembagaan petani, peluang pasar serta tantangan yang dihadapi yaitu ketersediaan permodalan, teknologi budidaya, penyediaan benih, serangan organisme pengganggu tanaman, perubahan iklim, kontinyuitas pasokan produk, standardisasi produk, serta kemampuan daya saing produk.

A.  PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
TANAMAN OBAT RIMPANG

            Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa peluang dalam pengembangan agribisnis tanaman obat rimpang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Lahan Usaha
Tersedianya lahan-lahan potensial untuk  pengembangan hortikultura khususnya tanaman obat rimpang, yang mencakup lahan tegalan/kebun, lahan yang tidak digunakan (terlantar), lahan pasang surut, maupun lahan perkebunan terlantar.  Pada tahun 1998 tercatat lahan tegalan seluas 8.383.599 ha, lahan ladang seluas 3.179.213 ha, dan lahan yang sementara tidak digunakan seluas 7.335.586 ha.  Walaupun lahan tersedia cukup luas namun tingkat kesuburan umumnya rendah,
            Hasil penelitian penulis tahun 2001 yang dilakukan dibeberapa sentra tanaman obat rimpang  pada tingkat petani, luas lahan yang digunakan untuk tanaman obat khususnya jahe berkisar antara 0,25 – 1,0 Ha, hal ini merupakan potensi yang cukup baik untuk pengembangan di Jawa Timur. Potensi lahan tanaman obat selain ditanam di kebun juga di lahan pekarangan dimana potensi lahan pekarangan di Jawa Timur seluas 593.859 Ha. Kemudian ditinjau dari aspek agronomi tanaman obat, kondisi lahan, iklim, tanah, curah hujan di Jawa Timur sangat menunjang.
            Dengan demikian potensi lahan usaha untuk tanaman obat di Jawa Timur merupakan satu kekuatan.

2.   Sumber Daya Manusia
            Faktor yang mendukung pengembangan tersebut selain besarnya potensi kekayaan sumberdaya alam sebagai sumber bahan baku simplisia yang dapat diformulasikan menjadi obat tradisional, kemudian keikutsertaan segenap lapisan masyarakat/petani tanaman obat, penjual, pemakai maupun masyarakat lain yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan tanaman obat tradisional sangat penting.
            Ditinjau dari aspek jumlah, sebaran serta kualitas penduduk/petani maka masalah sumberdaya manusia sebagai pelaku utama pengembangan agribisnis tanaman obat di Indonesia relatif cukup menunjang. Jumlah penduduk yang cukup besar dalam posisi penyebaran merata akan sangat menunjang untuk pengembangan agribisnis tanaman obat.

3.   Kelembagaan Petani
            Kelembagaan yang sudah tumbuh di tingkat masyarakat petani di pedesaan atau yang dinamakan kelompok tani memiliki potensi yang sangat besar menjadi pendamping dan penggerak bagi tiap usaha tani. Peranan kelompok tani sangat strategis dalam mengembangkan skala usaha agribisnis yang lebih  ekonomis dan efisien. Untuk itu dalam rangka pemberdayaan petani sebagai pelaku utama agribisnis khususnya tanaman obat rimpang, perlu menumbuh kembangkan kelompok tani disertai pembinaan secara langsung di lapangan dan bertahap sampai kelompok tani tersebut mampu mandiri.
           
4.   Pemasaran
            Mekanisme pemasaran tanaman obat selain di dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri (pabrik jamu, racikan, industri rumah tangga pembuatan obat tradisional), tanaman obat juga ditujukan untuk memenuhi permintaan dari luar negeri (ekspor).
            Dilihat dari permintaan pasar baik permintaan dalam negeri maupun ekspor, prospek pemasaran tanaman obat terutama jahe mempunyai peluang pasar yang cukup baik. Data dari PT. Jamu Jago yamg disampaikan pada pertemuan forum komunikasi agribisnis tanaman obat di Jakarta (2000) bahwa daya serap satu industri jamu, misalnya dari PT. Jamu Jago terhadap tanaman berkhasiat obat mencapai sekitar 3.090 ton pertahun. Perkembangan industri jamu di Jawa Timur juga cukup pesat, sampai dengan saat ini ada 56 perusahaan yang bergerak dalam industri obat tradisional atau jamu dengan kebutuhan bahan baku tanaman berkhasiat obat. Cukup besar permintaan jahe Indonesia di pasar internasional yang selalu meningkat setiap tahunnya, data tahun 1981 – 1989 menunjukkan rata – rata peningkatan mencapai 43,17%. Sedangkan perkembangan ekspor jahe segar  Jawa Timur mulai tahun 1995 – 1999 perkembangan ekspor meningkat sebesar 60,47% setiap tahunnya (Laporan tahunan Diperindag Prop. Jatim, 1999).

6.   Peluang Ekspor
            Pengembangan ekspor tanaman obat di Indonesia umumnya dan Jawa Timur khususnya mempunyai prospek yang sangat cerah. Peluang ekspor sangat terbuka lebar untuk tingkat Asia maupun Eropa. Namun demikian dalam pelaksanaannya terdapat kendala – kendala dalam usaha menembus pasar luar negeri yang meliputi kualitas dan kontinyuitas produk, persaingan harga dan pengolahan hasil produksi.
            Berdasarkan data ekspor tanaman obat menurut negara tujuan ekspor, maka Hongkong merupakan pasaran utama tanaman obat Indonesia, karena mempunyai nilai ekspor yang paling besar, walaupun nilai setiap tahunnya berfluktuasi. Rata – rata ekspor tanaman obat ke Hongkong setiap tahun sebesar 730 ton dengan nilai sebesar US $ 526,6 ribu. Dengan tingkat pertumbuhan ekspor tiap tahunnya mencapai sebesar 29,7% untuk volume dan 48,2% untuk nilai. Ekspor terbesar kedua adalah ke Singapura, dengan rata – rata ekspornya setiap tahun mencapai 582 ton dengan nilai sebesar US$ 647 ribu dan tingkat pertumbuhan ekspornya mencapai 1,3% untuk volume dan 13,4% untuk nilai. Jerman merupakan tujuan ekspor terbesar ketiga, dengan tingkat ekspor setiap tahunnya mencapai sebesar 155 ton dengan nilai sebesar US$ 112,4 ribu. Sedangkan tujuan ekspor tanaman obat Indonesia berikutnya adalah ke Taiwan, Jepang, Korea Selatan dan Malaysia. (Chanisah. S, 1995).
            Dengan melihat perkembangan ekspor baik tingkat nasional maupun regional, maka peluang ekspor untuk tanaman obat sangat menjanjikan.

Kamis, 09 Agustus 2012

MEMBANGUN CITRA PROFESIONAL WIDYAISWARA


             Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor : 14 tahun 2009, tentang jabatan fungsional widyaiswara dan angka kreditnya pada pasal 3 dan 4 disebutkan bahwa jabatan fungsional widyaiswara merupakan jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh PNS dengan tugas pokoknya adalah mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah yang bersangkutan.  Oleh karena itu pembinaan karier jabatan dan kepangkatannya dinilai dari seberapa jauh kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang widyaiswara untuk  mengumpulkan angka kredit sesuai dengan jenjang jabatan yang akan didudukinya.      
Memperhatikan hal tersebut diatas, maka seorang widyaiswara profesional dituntut untuk memahami dan menghayati  tugas pokoknya sesuai Permenpan No.14 tahun 2009, serta Peraturan bersama Kepala LAN dan Kepala BKN No.1 dan 2 tahun 2010, tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional Widyaiswara dan angka kreditnya.  Tugas pokok tersebut  antara lain terdiri dari tugas utama dan penunjang, mulai dari menganalisa kebutuhan diklat, menyusun kurikulum, menyusun bahan diklat sesuai spesialisasinya, melaksanakan tatap muka di depan kelas sesuai dengan spesialisasinya, memeriksa ujian diklat sesuai spesialisasinya, membimbing peserta diklat, mengelola program diklat, mengevaluasi program dikklat,   kemudian mengembangkan profesi mulai dari membuat karya tulis ilmiah (KTI), menterjemahkan/menyadur buku, membuat peraturan/panduan, melaksanakan orasi ilmiah bagi yang akan menduduki jabatan widyaiswara Utama, serta kegiatan penunjang berupa peran serta dalam seminar/ lokakarya dalam rangka pengembangan wawasan/kompetensi widyaiswara, keanggotaan dalam organisasi profesi, keanggotaan dalam tim penilai jabatan fungsional widyaiswara, bimbingan kepada widyaiswara jenjang dibawahnya, perolehan gelar kesarjanaan yang  sesuai dengan spesialisasinya dan  perolehan Piagam Kehormatan/Tanda Jasa.
Tidak sekedar hanya memahami dan menghayati sejumlah tugas yang dibebankan  kepada jabatan fungsional widyaiswara, namun  akan menjadi lebih berat melaksanakan amanah tersebut.   Disisi lain masih banyak orang yang menganggap bahwa  jabatan fungsional widyaiswara adalah jabatan yang masih terpinggirkan, terdiri dari kumpulan orang-orang yang tidak terpakai dalam jabatan struktural dan menjadi widyaiswara hanya untuk memperpanjang usia menjelang pensiun. Dalam permenpan No. 14 Tahun 2009 memberikan ruang pada jabatan struktural eselon I dan II untuk dapat diangkat menjadi widyaiswara, walaupun pengecualian untuk memenuhi formasi widyaiswara yang melaksanakan tugas pokok pada Diklatpim Tingkat II dan I.   Begitu juga masih banyak widyaiswara yang kehilangan integritas, merasa dirinya ahli atau mengahlikan dirinya sendiri seolah-olah dialah yang paling hebat, orang struktural dimata widyaiswara hanya sedikit tahu, yang lebih arogan lagi widyaiswara tidak mau diatur malah cenderung ingin mengatur, selalu berprasangka negatif, memaksakan kehendak dan yang lebih memalukan sesama teman saling berebut JP alias jam pelajaran tanpa memandang kompetensi yang mereka punyai, karena merasa dirinya serba bisa.  Lalu bagaimana membangun  citra profesional Widyaiswara ? Jawabannya tentu tergantung pada individu widyaiswara, kita sebagai Widyaiswara harus merasa bangga bukan berarti bertingkah membusungkan dada, profesi Widyaiswara merupakan profesi yang mulia dan menjadi ujung tombak dalam membina sumberdaya manusia, sudah berapa banyak pelatihan yang telah diberikan sebagai transformasi pengetahuan dan ketrampilan kepada para pimpinan, sudah berapa banyak ketrampilan yang dilatihkan melalui diklat kepada pejabat struktural maupun fungsional, semuanya melalui sentuhan para pendidik dan pelatih dalam hal ini widyaiswara.   Jangan dengarkan dan lupakan mereka yang berkata  sinis terhadap jabatan fungsional widyaiswara. 
Menjadi seorang widyaiswara profesional adalah dambaan bagi setiap insan  yang   ingin menjadikan dirinya berkualitas. Mengutip dari buku pedoman pengembangan kualitas widyaiswara Departemen Pertanian, yang dimaksud dengan widyaiswara berkualitas adalah :



1.      Widyaiswara yang mempunyai moral dan etika.
      Bekerja tidak hanya mementingkan tujuan tetapi juga cara mencapai tujuan baik tujuan kegiatan maupun tujuan organisasi, bekerja selalu menggunakan cara yang baik berlandaskan kepada nilai dan norma yang diakui masyarakat.  Widyaiswara yang mempunyai moral dan etika dalam bekerja selalu bersikap jujur dan menjaga keselarasan hubungan dengan lingkungannya;
2.   Widyaiswara yang memiliki dedikasi yang tinggi.
Dedikasi adalah sebuah sikap pengabdian yang tulus dan disertai dengan kemampuan untuk berbuat memberikan yang terbaik.  Dedikasi yang dituntut dari seorang widyaiswara meliputi dedikasi terhadap pekerjaan, terhadap lembaga tempat tugasnya, terhadap masyarakat, bangsa dan negara;
3.      Widyaiswara  memiliki etos kerja yang tinggi.
Etos kerja adalah sebuah semangat yang mendorong dan menggerakkan seseorang/kelompok/komunitas bahkan suatu bangsa untuk melakukan sesuatu dengan penuh pengabdian, tanggung jawab, disiplin dan penuh keinginan untuk mencapai hasil yang ditetapkan.  Widyaiswara yang memiliki etos kerja yang tinggi adalah widyaiswara yang berdedikasi tinggi, bertanggung jawab, disiplin, dan selalu berupaya untuk mengarahkan segala kegiatannya kepada tercapainya tujuan lembaga pelatihan tempat dia bekerja,  sesuai dengan norma profesinya;
4.      Widyaiswara yang profesional.
Widyaiswara yang profesional adalah widyaiswara yang kompeten dibidang keilmuan, ketrampilan dan sikap, sesuai dengan standar pekerjaannya.     Widyaiswara yang profesional selalu bekerja mementingkan mutu, bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya dan disiplin sesuai dengan norma profesinya;
5.      Widyaiswara yang berjiwa wirausaha
Widyaiswara yang berjiwa wirausaha adalah widyaiswara yang mampu bekerja secara produktif, efektif dan efisien.  Widyaiswara yang memiliki jiwa wirausaha selalu kreatif, mandiri, mampu beradaptasi, selalu mencari peluang, mampu mengelola sumber daya serta berani menanggung resiko dengan penuh perhitungan. Widyaiswara yang berjiwa wirausaha akan selalu menghasilkan inovasi juga meningkatkan hasil kerja.
Untuk mewujudkan semua itu tidaklah mudah dan perlu kerja keras, oleh karena itu sebagai widyaiswara yang profesional  harus mampu berperan sebagai, a) pendidik yaitu orang yang mampu mengubah perilaku peserta didik sehingga mau dan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya; b) teknisi ahli yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang yang diampunya, oleh karenanya harus mampu menjawab dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta pelatihan dan juga masyarakat umum yang memerlukan bantuannya; c) konsultan yaitu orang yang mampu memberikan konsultansi yang berhubungan dengan kepelatihan dan keahlian yang diampunya bagi yang membutuhkan; d) penghubung yaitu orang yang mampu berperan untuk mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran; e) koordinator pelatihan yaitu harus mampu mengkoordinasi dan mengorganisasi program pelatihan dan f) sebagai peneliti dan pengkaji yaitu orang yang dituntut mampu melakukan penelitian dan pengkajian dalam bidang keahlian yang diampunya serta menguasai metode penelitian dan teknis penulisan ilmiah.
Tidak mudah memang untuk membangun citra widyaiswara profesional, tetapi tulisan ini untuk mengingatkan kepada penulis selaku widyaiswara yang masih banyak kekurangan, mari kita sebagai widyaiswara senantiasa meningkatkan profesional kita dengan  belajar, belajar, belajar, dan terus belajar. 

MENJADI WIDYAISWARA BERPRESTASI


            Predikat berprestasi seharusnya diberikan kepada siapapun yang telah berhasil menunjukkan kemampuan kompetensi.  Seperti misalnya seorang pelajar yang telah menunjukkan kemampuannya menjadi juara olimpiade fisika, maka dia diberi predikat berprestasi bidang fisika.  Seorang olahragawan yang telah menunjukkan kemampuannya menjadi juara tinju tingkat dunia seperti Chris John, maka dia diberi predikat berprestasi dibidang tinju.  Seorang Penyuluh Pertanian yang telah menunjukkan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan fungsinya, maka diberikan predikat penyuluh berprestasi atau teladan. Bahkan penyuluh seperti itu mendapat kesempatan penghargaannya diberikan oleh Presiden Republik Indonesia pada saat hari besar kenegaraan kita yaitu pada  tanggal 17 Agustus.   
            Bagaimana dengan  widyaiswara ?  menjadi widyaiswara yang berprestasi tentu  saja tidak mudah.   Untuk mendapatkan predikat berprestasi membutuhkan keuletan dalam bekerja, ketekunan dan yang paling penting dapat  menunjukkan kemampuan kompetensinya sebagai pendidik, pengajar, dan/atau melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah.  Dalam pedoman penilaian widyaiswara berprestasi, yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Departemen pertanian tahun 2007, telah ditetapkan beberapa krikteria penilaian dan prosedur pencalonan untuk menjadi widyaiswara berprestasi.  Unsur-unsur yang dinilai pada widyaiswara mencakup pelaksanaan tugas pokok dan kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan serta prilaku widyaiswara baik dalam proses pembelajaran, maupun prilaku keseharian sebagai PNS di lingkungan kerjanya.  Unsur-unsur penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Angka Kredit
2. Kegiatan Dikjartih
3. Pengembangan Diklat
4. Penelitian dan atau Pengkajian
5. Kegiatan Mandiri
6. Pengabdian Masyarakat
7. Tanda penghargaan
8. Perilaku, yang terdiri dari disiplin, kejujuran, kerjasama dan kepemimpinan.
Unsur-unsur yang dinilai tersebut dirinci menjadi sub unsur, indikator dan krikteria, yang kemudian dituangkan dalam instrumen penilaian widyaiswara berprestasi.   Kemudian bagaimana dengan prosedur pencalonannya?  Dalam pedoman tersebut disebutkan dua persyaratan yaitu : persyaratan umum dan persyaratan khusus.  Untuk persyaratan umum yaitu : a) menduduki jabatan fungsional Widyaiswara terus menerus minimal selama 2 (tahun) atau telah diangkat dalam jabatan fungsional widyaiswara minimal 2 tahun (berdasarkan SK. Pengangkatan jabatan fungsional); b) mempunyai DP3 selama 2 tahun terakhir dengan setiap unsur penilaian bernilai baik; c) tidak pernah mendapat hukuman disiplin.
 Sedangkan untuk persyaratan khusus bagi calon yang diusulkan dengan melampirkan : a) Daftar riwayat hidup; b) surat keterangan kesehatan dokter; c) hasil pencapaian Angka Kredit (AK) 4 (empat) tahun periode terakhir serta d) SK. Pangkat dan atau jabatan fungsional widyaiswara terakhir.  Metode penilaian dilakukan secara bertingkat, yaitu tingkat Balai dan tingkat  Pusat, dengan menggunakan 2 cara yaitu : 1) langsung melalui wawancara dan pengamatan terhadap unsur-unsur kegiatan yang dinilai dan 2) tidak langsung, dengan memeriksa kelengkapan dokumen administrasi milik yang bersangkutan, yang disampaikan melalui Balai tempatnya bertugas.
Penentuan Widyaiswara berprestasi dilakukan berdasarkan hasil penilaian oleh Tim Penilai yang dibentuk untuk tugas itu. Kepada widyaiswara yang berprestasi diberikan penghargaan dalam bentuk Piagam yang ditandatangani oleh Menteri pertanian.  Pemberian penghargaan dilaksanakan pada hari besar pertanian seperti hari Pangan sedunia, Hari Krida Pertanian atau hari-hari besar lain yang dianggap tepat.  Itulah kira-kira ilustrasi untuk menjadi widyaiswara yang berprestasi menurut pedoman yang dikeluarkan Departemen Pertanian tahun 2007.  
Bagaimana dengan implementasinya ?  Apakah setiap tahun selalu ada penilaian widyaiswara berprestasi atau teladan, seperti halnya Penyuluh Pertanian teladan/berprestasi yang setiap tahun penghargaannya diberikan oleh Presiden Republik Indonesia pada saat hari besar kenegaraan?   Sebenarnya  selembar piagam penghargaan yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, sebagai bagian dari motivasi widyaiswara dalam meningkatkan kompetensi dan kinerjanya.     Lebih jauh dari itu widyaiswara sebagai pendidik, pengajar dan pelatih, dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas pengembangan diri dan etos kerjanya.   Penilaian terhadap seorang widyaiswara, apakah ia dinilai baik atau kurang baik, sesungguhnya dilakukan oleh peserta didik/pelatihan, seberapa jauh dia mampu mentransfer teknologi/ketrampilan yang ia miliki, sehingga output akhir dapat diimplementasikan oleh peserta didik/pelatihan. Oleh karena itu sebagai widyaiswara harus senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pengembangan diri serta etos kerja.   Tentu saja dengan mengacu pada pedoman dan peraturan yang ada.

Rabu, 08 Agustus 2012

10 JENIS TANAMAN RIMPANG BERKHASIAT OBAT

Sudah sejak jaman nenek moyang kita dahulu tanaman rimpang yang dikenal sebagai empon-empon (Jawa) atau rempah-rempah alias si penyedap masakan, dapat digunakan sebagai ramuan tanaman obat tradisional atau jamu.  Pemakaian obat tradisional yang berasal dari tanaman rimpang ini tidak hanya digunakan bagi mereka yang tinggal dipedesaan, namun sekarang ini sudah mulai diminati oleh masyarakat kota. Terbukti dengan banyaknya masyarakat perkotaan yang mengkonsumsi obat tradisional  dalam bentuk jamu instan mulai dari jahe, kencur, temulawak dan lain-lain dari berbagai jenis rimpang.  Sekalipun mereka tahu bahwa penggunaan obat tradisional, jangka penyembuhannya relatif lambat, namun pasti dan tidak merusak atau tidak berefek samping secara drastis.  
 Sepuluh jenis tanaman rimpang berhkasiat obat yang sering digunakan  sebagai berikut :

1. Jahe (Zingiber officinale)
Jahe yang dikenal dibeberapa daerah dengan nama jae (jawa), jahe (Sunda), Jhai (Madura), jahi (Lampung), bahing (Batak karo), pase (Bugis) dan  melito (Gorontalo).  Selain beragamnya sebutan atau nama jahe diberbagai daerah, juga  beberapa jenis jahe yang dikenal di Indonesia yaitu jahe emprit, jahe gajah dan jahe merah.  Kandungan bahan aktif jahe antara lain : minyak astiri 2 – 3%, zingberin, kamfena, borneol, sineol, zingeberal, geranipl, gingerin, gingerol. 
Umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai antioksidan. Sifat inilah yang membuat jahe disebut-sebut berguna sebagai komponen bioaktif antipenuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Berbagai khasiat jahe yang secara tradisional sudah dikenal luas adalah seperti berikut ini : Obat batuk, influenza, demam, menambah nafsu makan, memperkuat lambung, obat eksim, rematik, syaraf muka, lecet, luka karena tikaman benda tajam, terkena duri, jatuh, gigitan ular , menyembuhkan sesak dada dan memperbaiki pencernan.
Contoh : untuk ramuan obat  Masuk angin ambil jahe yang tua sebesar ibu jari, cuci bersih dan memarkan lalu direbus dengan air dua gelas, tambahkan gula aren secukupnya, kemudian didihkan lebih kurang 1/4 jam. Angkat dan minum hangat-hangat. an ini pada anggota tubuh yang terkilir. Lakukan dua kali sehari.

2. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Kunyit dikenal dengan nama daerah kunyit (malayu), hunik (Batak), kunyir (Sunda), kunir (Jawa) dan Temu koneng (Madura).  Banyak kandungan bahan aktif yang terdapat dalam kunyit antara lain : Curcumin, minyak astiri, phellan-drene, sabinene, cineol, borneol, zingeberenne, turmeron, camphene, camphor, caprillic acid, methoxinnamic acid, dan zat warna alkaloid cur-cumid.  Khasiat  dari bahan aktif yang terdapat dalam kunyit tersebut antara lain : Membersihkan, mempengaruhi bagian perut, melepaskan  kelebihan gas di usus, menghentikasn pendarahan, mencegah pengentalan darah, anti gatal, anti kejang, menyembuhkan hidung yang tersumbat, radang amandel, radang rahim,.anemia, tekanan darah tinggi, rematik, disentri dan cacar.

3. Kencur (Kaempferia galanga L.)
Kencur adalah istilah Jawa, sedangkan nama daerah lain Ceuko (Aceh), Keciwer (Batak), Cakue (Padang, Cikur (Sunda), Cekuh (Bali) dan Asauli (Ambon). Dia termasuk kerabat jahe-jahean (gamilia Zingiberaceae), jadi masih saudaranya kunir, jahe, kunci, dan sebagainya.
Kandungan bahan aktif yang terdapat di dalam rimpang kencur adalah:  pati (4,14%), mineral (13,73%), minyak astiri (0,02%) berupa sineol, asam metal kanil, penta dekaan, asam cinnamic, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, asam anisic dan alkaloid.       
            Dengan kandungan bahan aktif tersebut maka banyak khasiatnya sebagai obat antara lain :Batuk, kembung, mual masuk angin, masalah pencernaan, anti implamasi, antiseptik, antipasmodik, mengobati sakit gigi, mengeluarkan dahak, tetanus, keracunan tempe bongkrek, jamur, sakit kepala, bisul, nyeri gigi dan menambah daya tahan tubuh.

4. Laos/Lengkuas (Languas galanga stuntz.)
Laos atau lengkuas, dikenal dengan nama daerah Langkueneh (Aceh), Langkuweh (Padang), Laja (Sunda), Laos (Jawa, Bali), dan Lingkawas (Manado).
Kandungan bahan aktif yang terdapat pada lengkuas antara lain : Minyak astiri, minyak alpinen, methyl cinnamate, kamfer, eugenol (pemberi cita rasa pedas).
Manfaat laos selain sebagai penyedap masakan, banyak khasiat yang digunakan sebagai obat antara lain : Anti bakteri sebagai obat penyakit kulit seperti kodis koreng dan borok, obat gosok penghangat badan, pelancar kemih, penguat empedu, obat tetes telinga, memperbaiki pencernaan, mengeluarkan lendir dari saluran napas, sakit kepala, nyeri dada, meningkatkan nafsu makan, meredakan kolik atau perut mulas, diari dan obat anti mual.

5. Lempuyang (Zingiber zerumbert)
Lempuyang dikenal dikenal dengan nama daerah Lempuyang gajah (jawa dan Lempoyang paek (Madura).
Kandungan bahan aktif yang terdapat pada lempuyang antara lain : Minyak astiri (terdiri dari zerumbon, pinen, alfa kariofilen, kamfen, sineol dan limonen). Flavonoid dan saponin.  Khasiat  dari  bahan aktif yang terdapat dalam lempuyang tersebut antara lain : Zerumbon adalah senyawa yang berkhasiat sebagai anti kejang, dapat digunakan juga sebagai obat bisul, kaki bengkak, peluruh angin, peluruh batu ginjal dan empedu, kencing batu, diare berlendir dan menambah nafsu makan.

6. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb )
Temulawak termasuk dalam keluarga Jahe (zingiberaceae), Temulawak ini sebagai tanaman obat asli Indonesia, dengan berbagai nama daerah yaitu : Temulawak (Jawa), Koneng gede (Sunda) dan Temulabak (Madura).
Temulawak sudah lama digunakan secara turun temurun oleh nenek moyang kita untuk mengobati sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal-pegal. Terakhir juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan lemak darah, mencegah penggumpalan darah sebagai antioksidan dan memelihara kesehatan dengan meningkatkan daya kekebalan tubuh.
Khasiat lainya yaitu : untuk mengobati limpa, ginjal, pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin maag, produksi ASI, memperbaiki nafsu makan, sembelit, sariawan dan jerawat.

7.Temuireng (Curcuma aeroginosa Roxb.)
Temuireng masih dalam keluarga zingiberaceae, dikenal dengan nama daerah temu erang (Melayu), koneng hideung (Sunda), temu ireng (Jawa), temo ereng (Madura), temu ireng (Bali). Kandungan bahan aktif yang terdapat dalm temuireng antara lain minyak airis, tanin, kurkumol, kurdion, kurkumalakton, germakron, kurkumin, zat pati, damar, dan zat warna biru.
Khasiat yang terdapat dalam temuireng antara lain yaitu : untuk meningkatkna nafsu makan, melancarkan keluarnya darah kotor setelah melahirkan, mengobati penyakit kulit, memperbaiki pencernaan, sariawan batuk, sesak napas, cacingan, dan menstimulasi kerja lambung.

8. Temukunci (Boesenbergia pandurata Roxb.)
Temukunci dikenal dengan nama daerah Tamu kunci (Minangkabau), temu kunci (Melayu), kunci (Jawa), tmeu kunci (Sunda),dumu kunci (NTT), tumbu kunci (Ambon), tamputi (Ternate). Kandungan bahan aktif yang terdapat dalam temukunci adalah minyak atsiri (yang terdiri dari kamfer, sineol, metil sinamat, dan hidromirsen), damar, pati, saponin, flavonoid pinostrolerin, dan alipinetin.
Adapun khasiat dari tanaman temukunci sebagai obat antara lain: obat, masuk angin, perut kembung, sukar buang air kecil, gatal-gatal, keputihan, panas dalam, tuberculosis, obat kanker, asma,radang amandel, penyakit kuning, radang usus buntu, radang rahim,sembelit,nyeri perut,trakoma, borok gatal, gigi,demam nifas,dan disentri.

9. Temugiring (Curcuma heyneana Val.)
Temugiring termasuk tanaman rimpang yang dikenal di Jawa dengan nama daerah temugiring atau temureng. Kandungan bahan aktif yang terdapat dalam temugiring anatara lain: minyak asiri,amilum, damar, flavonoida, tanin, zat pahit dan senyawa kurkumin yang dapat memberi warna kuning.
Khasiat sebagai obat antara lain adalah untuk obat penenang, peluruh cacing, kulit terkelupas, mendinginkan badan, membersihkan darah, disentri, penyakit kulit, bau badan, dan bahan kosmetik

10. Temu Mangga (Curcuma Mangga Val.)
Temu mangga masih termasuk satu famili dengan jahe (Zingiberaceae). Nama daerah dari temu mangga adalah kunir putih, temu bayangan, temu putih, temu poh (Jawa), koneng joho, koneng lalap, koneng pare( Sunda), temu pao (Madura). Temu mangga memiliki bahan aktif antara lain: minyak asiri, amilum, tanin, gula dan damar.
Khasiat temu mangga adalah sebagai pencahar, menyempitkan vagina, pelangsing tubuh, penambah nafsu makan, penguat syahwat, penangkal racun, penurun panas, bronchitis, asma, sakit pinggang, penguat lambung.  
(Ags.  sumber: Katalog Tanaman Obat. Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman , 2000)